Langsung ke konten utama

RUMAH JAWA

Saat saya masih kecil, sekitar usia SD. Banyak sekali menemui rumah dengan model lama. Rumah model joglo atau limas. Kebanyakan bahkan semua rumah model lama yang saya temui menghadap ke selatan. Dimanapun letak rumah tersebut, selalu menghadap ke selatan.

Termasuk rumah saya sendiri (rumah orang tua). Posisi rumah di sebelah barat jalan raya. Tetapi menghadap ke selatan.
Bahkan rumah teman saya yang posisinya di sebelah selatan jalan raya, juga menghadap ke selatan. Sehingga dapur, sumur, dan kamar mandi berada di dekat jalan.  Untuk masuk ke rumah harus melewati jalan setapak yang serig disebut "tritisan".

Dulu saya yang saat itu masih kecil sempat bertanya kepada embah saya. Katanya rumah orang Jawa menghadap ke selatan untuk menghormati Nyi Ratu Kidul yang bersemayam di laut selatan. Itu adalah kepercayaan orang Jawa.

Namun dengan santai ayah saya pernah mengatakan. Bahwa kalau rumah menghadap ke selatan akan selalu adem. Karena saat matahari condong ke selatan, dimana sinarnya akan banyak masuk ke teras/emperan rumah, saat itu adalah musim penghujan. Sehingga walau sinar matahari banyak masuk ke rumah, namun tidak akan terasa panas.

Sedangkan saat matahari condong ke utara, bersamaan musim kemarau.  Pengaruh panasnya musim kemarau tidak begitu terasa, karena sudut jatuhnya sinar matahari banyak menimpa bagian belakang rumah.




 Rumah adat Jawa model Joglo.

Selain itu, angin di daerah saya kalau pagi menuju ke selatan. sedangkan kalau siang dan sore menuju ke utara. Jadi saat cuaca sejuk, tidak banyak angin yang masuk rumah. Sedangkan saat cuaca panas, angin banyak masuk rumah.

Saya jadi berpikir bahwa memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jawa untuk mewujudkan suatu nilai kebijakan dalam sebuah kepercayaan (gugon tuhon). Yaitu suatu kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya namun menjadi keyakinan. Dan bila itu dilaksanakan, niscaya membawa manfaat kebaikan.

Bahkan orang-orang Barat menyebut bahwa para raja di Jawa selalu menanamkan gugon tuhon untuk melanggengkan kekuasaannya. Misalnya keyakinan bahwa raja Mataram selalu menikah dengan Nyi Ratu Kidul.

Saat sekarang ini rumah adat Jawa model limas maupun joglo sudah sangat sulit kita temui.  Semakin jarang juga kita temui rumah yang menghadap ke selatan karena suatu prinsip kepercayaan. Sekarang ini semua rumah selalu menghadap ke arah jalan. Jadi kalau ada rumah menghadap ke selatan, bukan karena kepercayaan, tapi karena memang menghdap ke jalan raya.

Selain masalah rumah, masih banyak gugon tuhon lain yang berlaku di masyarakat Jawa dan mulai ditinggalkan.  Bagaimana pendapat Anda? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kotak Sekring dalam Kabin

Meskipun letaknya di dalam kabin, tutup kotak sekring Ford Laser eks taksi yang berada di samping pintu pengemudi ternyata tidak sepenuhnya “aman”, alias bisa saja hilang. Mungkin karena memang sudah tidak ada saat meminangnya dulu atau memang terlupa memasangnya kembali sehingga kemudian hilang. Padahal tutup kotak tersebut relatif penting. Pasalnya, di atas tutup tersebut terdapat petunjuk yang berisikan informasi besaran amper dan kegunaan fungsi sekring tersebut. Sehingga memudahkan kita saat mengganti salah satu sekring yang putus dengan besaran amper yang sesuai. Tanpa berpanjang lebar lagi, di bawah ini adalah gambar pada tutup kotak sekring yang berada dalam kabin Ford Laser eks taksi. Semoga penayangan artikel ini dapat memenuhi permintaan pembaca yang masuk ke redaksi www.fordlaserbogor.blogspot.com . Semoga bermanfaat. (FLB) 2 komentar

BAJAK DAN FILOSOFINYA

Beberapa hari yang lalu saya pulang ke desa. Ada nuansa berbeda yang bikin saya bernostalgia. Waktu itu awal musim tanam padi. Para petani hiruk pikuk mengolah tanahnya. Suara deru traktor tangan terdengar bahkan sampai malam hari. Di sela- sela hilir mudik traktor tangan, saya melihat satu hal yang langka. Seorang petani berseru mengendalikan 2 ekor sapi yang sedang menarik bajak. Pemandangan yang langka. Yang mulai hilang ketika saya menginjak SMP. Tahun 90an. Dimana jasa bajak tradisional ini digantikan dengan traktor tangan. Gambar : orang sedang membajak sawah. Di balik alat bajak yang ditarik dengan 2 ekor sapi atau kerbau ini, tersimpan ajaran filosofi yang tinggi.Sunan Kalijaga adalah orang yang menyebarkan filosofi ini. Ini pernah saya dengar dari embah saya dulu. Adapun beberapa filosofi bajak yang masih saya ingat adalah sebagai berikut : 1.  LUKU. Dalam bahasa Jawa, bajak disebut dengan LUKU. Berawal dari kata LAKU atau MLAKU.   Artinya, orang membaja

GANTI SHOCK ABSORBER

Setelah setahun lebih si Ghia mengabdi, mulailah terasa ada gangguan di kaki-kaki. Skok terasa mati. Kalo melewati jalan tidak rata, terdengar gluduk-gluduk cukup keras. Semakin lama semakin keras. Saya cek kondisi shock, ternyata semua (kiri dan kanan) sudah basah dengan oli. Mungkin selain faktor umur,  ini disebabkan si Ghia seringkali digunakan untuk memuat barang hingga overload. Sebagai gambaran, kalau musin jeruk, sering digunakan untuk mengangkut jeruk. Pernah saat mudik, bagasi dipenuhi dengan jeruk Bali. Ditambah dengan 3 orang dewasa, 1 remaja dan 1 anak-anak. Terasa sekali posisi si Ghia sampai mendongak. Kejadian ini juga dialami saat musim mangga. Setelah mencari informasi kanan kiri, maka diputuskan untuk ganti shock absorber. Pilihannya adalah harga termurah. Merk Shibaruni. Harga Rp. 450ribu sepasang. Sekalian juga belanja boot shock, dan karet tatakan spiral. Untuk penggantian diputuskan untuk dikerjakan sendiri. Dengan modal nekat hasil googling. Hari Minggu