Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

BAJAK DAN FILOSOFINYA

Beberapa hari yang lalu saya pulang ke desa. Ada nuansa berbeda yang bikin saya bernostalgia. Waktu itu awal musim tanam padi. Para petani hiruk pikuk mengolah tanahnya. Suara deru traktor tangan terdengar bahkan sampai malam hari. Di sela- sela hilir mudik traktor tangan, saya melihat satu hal yang langka. Seorang petani berseru mengendalikan 2 ekor sapi yang sedang menarik bajak. Pemandangan yang langka. Yang mulai hilang ketika saya menginjak SMP. Tahun 90an. Dimana jasa bajak tradisional ini digantikan dengan traktor tangan. Gambar : orang sedang membajak sawah. Di balik alat bajak yang ditarik dengan 2 ekor sapi atau kerbau ini, tersimpan ajaran filosofi yang tinggi.Sunan Kalijaga adalah orang yang menyebarkan filosofi ini. Ini pernah saya dengar dari embah saya dulu. Adapun beberapa filosofi bajak yang masih saya ingat adalah sebagai berikut : 1.  LUKU. Dalam bahasa Jawa, bajak disebut dengan LUKU. Berawal dari kata LAKU atau MLAKU.   Artinya, orang membaja

UKURAN BAN

Cukup lama tidak membahas mengenai mobil. Karena si Ghia sudah mulai jinak. Sudah mulai jarang minta jajan. Sehingga walau masih belum fit 100%, namun sudah cukup nyaman dikendarai. Kali ini saya akan bahas mengenai ban. Bermula dari kondisi ban yang sudah gundul. Sudah waktunya beli baru. Barengan sama ada saudara yang datang. Menawarkan ban bekas yang baru dipakai 3 bulan. Ban Goodyear Eagle 195/60 R13. Agak bingung dengan ukuran ini. Karena di Google, untuk R13 maksimal 185/60. Karena belum melihat barangnya, maka saya mencari bahan untuk mendapatkan bayangannya. Ban bawaan di mobil adalah R13 165/80. Mau digabung dengan R13 195/60. Maka saya lihat perbandingannya. Cara membaca ukuran ban.  Saya sengaja hanya melihat ukuran lebar dan tingginya saja, karena untuk perbandingan 2 ban yang sedang saya pertimbangkan. Ban bawaan di mobil : 165/80     artinya : lebar ban 165 mm, tingginya 80% x 165mm =  132 mm. Ban yang ditawarkan 195/60    artinya : lebar ban 195 mm, t

PANDAWA LIMA DAN ISLAM

Tidak kita pungkiri salah satu keberhasilan dakwah Islam di Indonesia (khususnya Jawa) adalah karena jasa Wali Sanga (sembilan wali). Salah satunya adalah Sunan Kalijaga.  Sunan Kalijaga merupakan salah seorang wali yang sangat piawai dalam berdakwah. Beliau pintar sekali memadukan kesenian dan kebudayaan masyarakat asli yang beragama Hindu dan Budha dengan pengamalan Islam.  Salah satu kepintaran Sunan Kalijaga adalah menggunakan media Wayang Kulit. Wayang kulit ini bersumber cerita dari India, yaitu kitab Mahabarata yang berdasarkan agama Hindu.  Oleh Sunan Kalijaga, beberapa bagian dimodifikasi sehingga sesuai dengan ajaran Islam.  Salah satu hasil modifikasi adalah tokoh Pandawa. Pandawa adalah putra Pandu yang berjumlah 5 bersaudara. Kelima bersaudara ini dipergunakan sebagai lambang dari Rukun Islam.  Adapun kelima bersaudara itu adalah : YUDISTIRA Yudistira memiliki nama kecilnya yaitu Puntadewa. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa,

LEBARAN DI PANTAI PELANG

Lama tidak ngeblog, saya akan ceritakan perjalanan si Ghia selama lebaran kemarin. Sebenarnya kondisi si Ghia tidak begitu prima. Ban belakang sudah halus. AC kondisi tidak fit. Otomatisnya kadang tidak berfungsi.  Namun karena kondisi keuangan yang mepet, maka saya beranikan berangkat dengan kondisi apa adanya itu. Tanggal 25 Juli 2014 setelah berbuka puasa, perjalanan mudik dimulai. Berangkat jam 18.30 dari Sidoarjo menuju ke Trenggalek. Jalanan relatif lancar. Belum ada kemacetan sama sekali. Jam 21.00 sudah sampai di Tulungagung. Sangat lancar. Mampir di Tulungagung untuk menikmati hangatnya wedang ronde. Hanya Rp. 3500 saja per mangkok. Si Sulung memilih membeli nasi goreng Jawa. Harganya Rp. 8000 per porsi. Heran. Kok mahal ya. Rasanya biasa saja. Bahkan si Sulung bilang kalo rasanya ngalor ngidul. Untuk menunjukkan bahwa rasanya kurang enak. Sajiannya juga minimalis. Irisan ayamnya sedikit sekali. Hanya 4-6 iris saja. Telur kocoknya juga tidak terasa. Kayaknya 1 butir telor

BEMO

Kendaraan ini saya kenal dan naiki pertama kali saat sekolah di Malang. Tahun 1991, armada ini masih lalu lalang di kota Malang. Suaranya berisik. Mesin 2 tak. Kalau pas naik di depan samping sopir, kadang melirik stir. Ada logo merk Daihatsu. Setelah itu keberadaan bemo ini semakin sedikit. Beberapa rute angkota sudah diganti dengan mobil Carry, T120ss atau Zebra. Sehingga bemo hanya melayani beberapa rute saja. Namun sampai saya lulus sekolah, masih ada satu rute yang dilalui bemo ini. Yaitu rute ke Joyogrand. Bahkan waktu saya wisuda, saya nyarter bemo ini untuk membawa pulang dari kampus ke kost-an. Ngomong-ngomong soal bemo, ada kejadian lucu yang saya alami. Yaitu ketika awal-awal mengunjak kota Sidoarjo. Waktu itu saya mau ke terminal Bungurasih. Dari kost-an. Karena masih bingung dengan jalur angkutan, maka saya nanya ke teman kost. Oleh teman kost diberi petunjuk untuk naik bemo warna orange. Maka berangkatlah saya ke jalan raya. Menunggu bemo orange lewat. Namun suda