Ramai-ramai kasus ustad Guntur Bumi, saya jadi teringat pengalaman berobat di pengobatan alternatif. Saya termasuk orang yang takut dengan jarum suntik. Maka, berobat ke dokter selalu menjadi pilihan terakhir dan sejauh mungkin menghindari jarum suntik.
Pengalaman pertama adalah saat menderita ambeyen. Walau belum parah, namun karena khawatir, akhirnya saya ke pengobatan alternatif. Lokasinya di Kletek, dekat rumah. Dapat informasi karena memasang plakat. Sambil pulang kerja, masuklah saya ke tabib itu. Masuk, pertama kali ditanya keluhan. Kemudian dipijat. Untuk pijatnya, sang tabib tidak memasok biaya. Tapi, kemudian saya disodori ramuan jamu. Paket pertama 1,2 juta. Paket 2 harga 600ribu. Dan paket 3 seharga 200ribu. Sebenarnya saat itu saya langsung tidak respek. Karena si tabib saya nilai komersial. Tapi karena kadung masuk, maka saya ambil paket termurah. Jamu 200ribu saya tebus. Saya minum dan tidak merasakan efek apa-apa. Sejak saat itu saya memandang negatif dengan tabib yang memasang iklan besar-besaran.
Pengalaman kedua adalah saat terserang sakit perut tembus pinggang. Hasil pemeriksaan dokter (USG) ternyata ada batu ginjal. Saran sang dokter harus dilakukan pemeriksaan lanjutan. Karena batu sudah cukup besar. Tapi karena ketakutan saya dengan jarum suntik, maka pengobatan alternatif jadi tumpuan. Yaitu ke orang yang sering disebut paranormal. Kebetulan masih ada hubungan saudara. Oleh sang paranormal, saya dikasih 2 butir degan ijo (kelapa muda) yang telah dirajah. Airnya saya minum habis sama daging buahnya. Selain itu saya disuruh minum air rebusan daun keji beling atau kumis kucing dan petikan. Ajaibnya, setelah minum degan itu, saya merasakan sembuh seketika. Sampai sekarang sudah 8 tahun tidak pernah kambuh lagi. Memang belum pernah cek lab lagi, namun saya merasa sudah sembuh. Untuk pengobatan ini, saya cuma mengeluarkan biaya untuk beli degan ijo saja.
Pengalaman ketiga adalah saat mengantarkan ayah. Hasil rontgen menunjukkan ayah menderita kencing batu. Saran dokter harus operasi. Berhubung waktu itu dapat informasi dari tetangga tentang tabib ampuh di Kediri, maka saya antarkan ayah menuju ke sana. Sampai disana, dengan menggunakan tenaga ghoib, batu di kanndung kemih disedot. Keluar, sesuai ukuran di ronsen. Ayahpun, merasa sudah sembuh. Kencing jadi lancar. Untuk itu si tabib mematok tarif 1,5juta. Kurang ajarnya, 2 minggu kemudian, ternyata sakit ayah kambuh. Di ronsen lagi, ternyata batu masih ada. Hadeehh...ternyata hanya tipuan saja. Solusi terakhir, memang harus operasi.
Pengalaman keempat adalah saat istri berobat karena sakit tekanan darah tinggi. Disitu terapi pijat tidak dipatok harganya. Namun diharuskan beli jamu/obat dengan harga yang wajar. Hanya sekitar puluhan ribu saja.
Yang kelima adalah saat ke orang pintar di Tanggulangin. Sebetulnya awalnya saya cuma ikut-ikutan.. Waktu itu kebetulan ada saudara dari Magetan yang berobat ke sana. Saya dan anak istri inisiatif menemui di rumah orang pintar itu. Saat itu istri saya menderita sakit tekanan darah tinggi. Sudah berbulan-bulan berobat di dokter tidak sembuh. Saat itu juga sedang terapi di tabib di Trosobo. Sedangkan anak saya yang kecil juga sedang mengalami gangguan. Tidak seperti biasanya, setiap kali mau diajak naik mobil selalu menunjukkan gejala mau muntah. Kalau sudah masuk mobil langsung mabuk, diam, teler.
Karena terkena omongan saudara itu, maka saya sekeluarga ikut pengobatan itu. Caranya dengan dipijat, lalu dikasih jamu. Ajaibnya, setelah dipijat, si kecil langsung sembuh. Masuk mobil tanpa gejala mau muntah. Di dalam mobil langsung nyanyi dengan ceria. Pulih seperti sedia kala. Sedangkan istri merasakan tubuhnya jadi enteng. Bahkan setelah 2 kali terapi, istri saya bisa melepaskan ketergantungan obat dokter.
Untuk itu, sang orang pintar tidak mematok biaya. Seikhlasnya saja.
Itulah beberapa pengalaman berobat di pengobatan alternatif. Dari situ, saya menggolongkan pengobatan alternatif menjadi 3 golongan. Yang pertama adalah yang non komersial. Biaya seikhlasnya, bahkan kadang tidak mau menerima uang. Yang kedua, memasang tarif, namun sesuai dengan harga obat. Dan yang ketiga adalah pengobatan alternatif yang memasang tarif mahal. Mungkin kayak UGB itu.
Sebenarnya kalau ditelusuri banyak sekali orang yang tertipu dengan pengobatan ala UGB itu. Seorang tetangga yang menderita penyakit kulit pernah cerita. Di beberapa tempat dia di suruh bayar hingga jutaan untuk ritual itu. Namun semua tidak berhasil. Bahkan kalau ditotal, mungkin uang yang keluar sudah seharga Avanza baru. Begitu katanya. Tapi dia tidak menuntut si tabib. Karena disamping mengeluarkan uang jutaan untuk pengobatan alternatif, dia juga sudah mengeluarkan uang dengan jumlah hampir sama untuk berobat ke dokter. Dan juga belum berhasil.
Saya jadi mikir. Kalau sorang ahli pengobatan alternatif bisa dituntut pasal penipuan karena menarik uang banyak dari pasien dan ternyata gagal sembuh. Apakah seorang dokter yang gagal menyembuhkan pasien juga bisa dituntut ya??
Pengalaman pertama adalah saat menderita ambeyen. Walau belum parah, namun karena khawatir, akhirnya saya ke pengobatan alternatif. Lokasinya di Kletek, dekat rumah. Dapat informasi karena memasang plakat. Sambil pulang kerja, masuklah saya ke tabib itu. Masuk, pertama kali ditanya keluhan. Kemudian dipijat. Untuk pijatnya, sang tabib tidak memasok biaya. Tapi, kemudian saya disodori ramuan jamu. Paket pertama 1,2 juta. Paket 2 harga 600ribu. Dan paket 3 seharga 200ribu. Sebenarnya saat itu saya langsung tidak respek. Karena si tabib saya nilai komersial. Tapi karena kadung masuk, maka saya ambil paket termurah. Jamu 200ribu saya tebus. Saya minum dan tidak merasakan efek apa-apa. Sejak saat itu saya memandang negatif dengan tabib yang memasang iklan besar-besaran.
Pengalaman kedua adalah saat terserang sakit perut tembus pinggang. Hasil pemeriksaan dokter (USG) ternyata ada batu ginjal. Saran sang dokter harus dilakukan pemeriksaan lanjutan. Karena batu sudah cukup besar. Tapi karena ketakutan saya dengan jarum suntik, maka pengobatan alternatif jadi tumpuan. Yaitu ke orang yang sering disebut paranormal. Kebetulan masih ada hubungan saudara. Oleh sang paranormal, saya dikasih 2 butir degan ijo (kelapa muda) yang telah dirajah. Airnya saya minum habis sama daging buahnya. Selain itu saya disuruh minum air rebusan daun keji beling atau kumis kucing dan petikan. Ajaibnya, setelah minum degan itu, saya merasakan sembuh seketika. Sampai sekarang sudah 8 tahun tidak pernah kambuh lagi. Memang belum pernah cek lab lagi, namun saya merasa sudah sembuh. Untuk pengobatan ini, saya cuma mengeluarkan biaya untuk beli degan ijo saja.
Pengalaman ketiga adalah saat mengantarkan ayah. Hasil rontgen menunjukkan ayah menderita kencing batu. Saran dokter harus operasi. Berhubung waktu itu dapat informasi dari tetangga tentang tabib ampuh di Kediri, maka saya antarkan ayah menuju ke sana. Sampai disana, dengan menggunakan tenaga ghoib, batu di kanndung kemih disedot. Keluar, sesuai ukuran di ronsen. Ayahpun, merasa sudah sembuh. Kencing jadi lancar. Untuk itu si tabib mematok tarif 1,5juta. Kurang ajarnya, 2 minggu kemudian, ternyata sakit ayah kambuh. Di ronsen lagi, ternyata batu masih ada. Hadeehh...ternyata hanya tipuan saja. Solusi terakhir, memang harus operasi.
Pengalaman keempat adalah saat istri berobat karena sakit tekanan darah tinggi. Disitu terapi pijat tidak dipatok harganya. Namun diharuskan beli jamu/obat dengan harga yang wajar. Hanya sekitar puluhan ribu saja.
Yang kelima adalah saat ke orang pintar di Tanggulangin. Sebetulnya awalnya saya cuma ikut-ikutan.. Waktu itu kebetulan ada saudara dari Magetan yang berobat ke sana. Saya dan anak istri inisiatif menemui di rumah orang pintar itu. Saat itu istri saya menderita sakit tekanan darah tinggi. Sudah berbulan-bulan berobat di dokter tidak sembuh. Saat itu juga sedang terapi di tabib di Trosobo. Sedangkan anak saya yang kecil juga sedang mengalami gangguan. Tidak seperti biasanya, setiap kali mau diajak naik mobil selalu menunjukkan gejala mau muntah. Kalau sudah masuk mobil langsung mabuk, diam, teler.
Karena terkena omongan saudara itu, maka saya sekeluarga ikut pengobatan itu. Caranya dengan dipijat, lalu dikasih jamu. Ajaibnya, setelah dipijat, si kecil langsung sembuh. Masuk mobil tanpa gejala mau muntah. Di dalam mobil langsung nyanyi dengan ceria. Pulih seperti sedia kala. Sedangkan istri merasakan tubuhnya jadi enteng. Bahkan setelah 2 kali terapi, istri saya bisa melepaskan ketergantungan obat dokter.
Untuk itu, sang orang pintar tidak mematok biaya. Seikhlasnya saja.
Itulah beberapa pengalaman berobat di pengobatan alternatif. Dari situ, saya menggolongkan pengobatan alternatif menjadi 3 golongan. Yang pertama adalah yang non komersial. Biaya seikhlasnya, bahkan kadang tidak mau menerima uang. Yang kedua, memasang tarif, namun sesuai dengan harga obat. Dan yang ketiga adalah pengobatan alternatif yang memasang tarif mahal. Mungkin kayak UGB itu.
Sebenarnya kalau ditelusuri banyak sekali orang yang tertipu dengan pengobatan ala UGB itu. Seorang tetangga yang menderita penyakit kulit pernah cerita. Di beberapa tempat dia di suruh bayar hingga jutaan untuk ritual itu. Namun semua tidak berhasil. Bahkan kalau ditotal, mungkin uang yang keluar sudah seharga Avanza baru. Begitu katanya. Tapi dia tidak menuntut si tabib. Karena disamping mengeluarkan uang jutaan untuk pengobatan alternatif, dia juga sudah mengeluarkan uang dengan jumlah hampir sama untuk berobat ke dokter. Dan juga belum berhasil.
Saya jadi mikir. Kalau sorang ahli pengobatan alternatif bisa dituntut pasal penipuan karena menarik uang banyak dari pasien dan ternyata gagal sembuh. Apakah seorang dokter yang gagal menyembuhkan pasien juga bisa dituntut ya??
Pengobatan haji jajang cipanasbpuncak bogor
BalasHapusPoli rehab medik dan pengobatan untuk stroke jantung koroner diabetes darah tinggi kolesterol migrain vertigo syaraf kejepit dll
Tarif pengobatan sukarela tidak ada tebus obat
Googling aja
Pengobatan haji jajang cipanas puncak bogor
Semoga bermanfaat daripada tertipu thabib komersil