Langsung ke konten utama

RIP : MY FATHER

Kamis, 27 September 2012.
Dapat SMS dari kakak, bahwa ayah mengalami sesak nafas. Mau dibawa ke RS, tapi masih nunggu kedatangan kakak yang sedang ada acara di Surabaya. Pingin sekali pulang ke desa melihatnya. Namun tugas dari perusahaan tidak bisa ditinggal. Nungguin stuffing limbah etanol di Jombang. Rencana pulang setelah selesai stuffing. Ternyata sampai jam 11 malam tidak selesai. Pompa rusak. Akhirnya rencana pulang gagal.
Jumat, 28 September 2012.
Dinihari jam setengah 2 pagi dapat kabar, ayah masuk ICU. Terpaksa belum bisa pulang juga. Masih nunggu kabar stuffing lanjutan. Akhirnya bakda Jumat baru bisa berangkat. Sampai RS Tulungagung jam 7 malam. Kondisi sudah kritis. Sesak napas. Sudah tidak bereaksi waktu saya panggil. 
Karena tugas numpuk, jam 2 pagi kembali lagi ke Surabaya. Sabtu pagi kerja. Setelah pulang kerja langsung ngejos ke Tulungagung lagi. Sampai RS jam 7 malam. Kondisi semakin menurun.
Minggu, 30 September 2012.
Jam 12.30 Malam (Minggu dinihari) ada panggilan. Kakak yang masuk lebih dulu. Saya ke WC duluan. Setelah menyusul masuk, ternyata ayah sudah pergi untuk selamanya. Inalillahi wa inna ilaihi roji'uun. Semua akhirnya kembali kepadaNya.
Ayahanda tercinta.
Yang dengan semangat dan kerja kerasnya mampu membesarkan dan mendidik 3 orang anaknya. Yang hampir sepanjang hidupnya tidak pernah sakit berat. Yang meninggalkan kesan mendalam.
Terbayang masa kecil. Waktu diajak ke sungai cari ikan. Diajak ke sawah mencari jengkerik. Diajari dan ditunjukkan bagaimana harus bersikap dan bertindak.
Dengan tangannya yang kokoh. Mendukungku di pundaknya. Menggendongku di punggungnya. Membimbingku saat terjatuh. 
Ayahanda tercinta.
Yang jarang sekali sakit. Yang badannya tertempa dengan kerja keras di lapangan. Yang badannya menghitam dijemur sinar matahari. Akhirnya engkau meninggalkan anak-anaknya.
Ayahanda tercinta.
Yang setahun terakhir harus berjuang keras melawan sakit stroke. Yang harus merasakan kelemahan fisik. Yang harus merasakan menggantungkan hidup pada orang lain.  Akhirnya menyerah juga di tangan takdir. Segala daya upaya, segala usaha akhirnya sia-sia.
Ayahanda tercinta.
Bukannya karena tidak sayang kalau kami ikhlas melepas kepergianmu. Bukannya kami tidak mau menerima beban untuk memeliharamu. Namun, kepergianmu juga merupakan bebasnya dirimu. Dari penderitaan ragawi. Akbiat sakit yang menggerogotinya.  Tidak ada rasa sedih yang melebihi sedihnya kala melihat dirimu sedang mengerang menahan sakit. Saat berjuang keras sekali hanya sekedar untuk bernapas. Seakan, semua daya upaya telah dikerahkan untuk dapat mempertahankan hidup.
Ayahanda.
Kami ikhlas melepas kepegianmu. Do'a kami menyertai perjalananmu selanjutnya.  Tumbuh juga kesadaran dalam diri ini. Bahwa kita semua adalah dalam rangka antri. Menunggu panggilan ilahi. Selamat jalan ayahanda. Semua jejak perjalananmu senatiasa terpatri di hati kami.  Inalillahi wa inna ilaihi roji'uun.....Allohummagh firlahu warhamhu, wa afihi wafu anhu. Allohumma la takhrimna ajrahu wala taftina ba'dahu, waghfirlana walahu wali ikhwaninal ladzina sabaquuna bil imaani, wala taj'al fii quluubiina, rabbana innaka ra'ufur rahiim...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kotak Sekring dalam Kabin

Meskipun letaknya di dalam kabin, tutup kotak sekring Ford Laser eks taksi yang berada di samping pintu pengemudi ternyata tidak sepenuhnya “aman”, alias bisa saja hilang. Mungkin karena memang sudah tidak ada saat meminangnya dulu atau memang terlupa memasangnya kembali sehingga kemudian hilang. Padahal tutup kotak tersebut relatif penting. Pasalnya, di atas tutup tersebut terdapat petunjuk yang berisikan informasi besaran amper dan kegunaan fungsi sekring tersebut. Sehingga memudahkan kita saat mengganti salah satu sekring yang putus dengan besaran amper yang sesuai. Tanpa berpanjang lebar lagi, di bawah ini adalah gambar pada tutup kotak sekring yang berada dalam kabin Ford Laser eks taksi. Semoga penayangan artikel ini dapat memenuhi permintaan pembaca yang masuk ke redaksi www.fordlaserbogor.blogspot.com . Semoga bermanfaat. (FLB) 2 komentar

BAJAK DAN FILOSOFINYA

Beberapa hari yang lalu saya pulang ke desa. Ada nuansa berbeda yang bikin saya bernostalgia. Waktu itu awal musim tanam padi. Para petani hiruk pikuk mengolah tanahnya. Suara deru traktor tangan terdengar bahkan sampai malam hari. Di sela- sela hilir mudik traktor tangan, saya melihat satu hal yang langka. Seorang petani berseru mengendalikan 2 ekor sapi yang sedang menarik bajak. Pemandangan yang langka. Yang mulai hilang ketika saya menginjak SMP. Tahun 90an. Dimana jasa bajak tradisional ini digantikan dengan traktor tangan. Gambar : orang sedang membajak sawah. Di balik alat bajak yang ditarik dengan 2 ekor sapi atau kerbau ini, tersimpan ajaran filosofi yang tinggi.Sunan Kalijaga adalah orang yang menyebarkan filosofi ini. Ini pernah saya dengar dari embah saya dulu. Adapun beberapa filosofi bajak yang masih saya ingat adalah sebagai berikut : 1.  LUKU. Dalam bahasa Jawa, bajak disebut dengan LUKU. Berawal dari kata LAKU atau MLAKU.   Artinya, orang membaja

GANTI SHOCK ABSORBER

Setelah setahun lebih si Ghia mengabdi, mulailah terasa ada gangguan di kaki-kaki. Skok terasa mati. Kalo melewati jalan tidak rata, terdengar gluduk-gluduk cukup keras. Semakin lama semakin keras. Saya cek kondisi shock, ternyata semua (kiri dan kanan) sudah basah dengan oli. Mungkin selain faktor umur,  ini disebabkan si Ghia seringkali digunakan untuk memuat barang hingga overload. Sebagai gambaran, kalau musin jeruk, sering digunakan untuk mengangkut jeruk. Pernah saat mudik, bagasi dipenuhi dengan jeruk Bali. Ditambah dengan 3 orang dewasa, 1 remaja dan 1 anak-anak. Terasa sekali posisi si Ghia sampai mendongak. Kejadian ini juga dialami saat musim mangga. Setelah mencari informasi kanan kiri, maka diputuskan untuk ganti shock absorber. Pilihannya adalah harga termurah. Merk Shibaruni. Harga Rp. 450ribu sepasang. Sekalian juga belanja boot shock, dan karet tatakan spiral. Untuk penggantian diputuskan untuk dikerjakan sendiri. Dengan modal nekat hasil googling. Hari Minggu