Langsung ke konten utama

LEGENDA : ASAL USUL PACITAN

Legenda adalah cerita rakyat yang kebanyakan dihubungkan dengan asal usul nama daerah atau tempat. Ada legenda Sangkuriang (gunung Tangkubanperahu), Legenda Toba (Danau Toba), dan lain-lain. Karena legenda tidak bisa dibuktikan kebenarannya, maka tidak heran kalau ada lebih dari satu versi.

Penulis ingat Legenda asal usul nama Pacitan.  Seingat penulis, ada 2 versi asal usul Pacitan. Yaitu dari kata Pace dan dari kata pacitan (suguhan).

Versi Pace.
Saat pangeran Mangkubumi (sultan Hamengkubuwono I) sedang berjuang melawan Belanda dan Sunan Pakubuwono, pasukannya mengalami kekalahan dan melarikan diri ke arah selatan. Di daerah yang kering dan tandus.
Pangeran dan pasukannya kelaparan. Karena alam yang tandus, sangat susah menemukan makanan dan air untuk minum.
 Hasil gambar untuk buah pace
Salah seorang abdi dalem bernama Setra Ketipa, berusaha mencari buah untuk mengganjal perut. Sekian lama mencari, dia tidak menemukan apa-apa. Sampai di bagian timur tempat Pangeran Mangkubumi beristirahat, dia menemukan tanaman berbuah yang baunya menyengat dan daging buahnya banyak isinya. Karena kelaparan, buah tersebut di makan oleh Setra Ketipa. Untuk mengobati rasa haus, buah tersebut diperas dan diambil airnya.

Ajaibnya, beberapa saat setelah makan dan minum sari buah itu, badannya terasa menjadi segar. Semakin lama semakin kuat. Menurut penduduk sekitar, nama buah itu adalah PACE.

Setelah merasakan khasiat buah itu, Setra Ketipa dengan tergesa-gesa membawa beberapa buah tersebut. Sambil berlari dia menghadap Pangeran Mangkubumi. Karena  saking tidak sabarnya, dengan terengah-engah Setra memanggil Pangeran.

"Pangeran...Pangeran... Pace...wetan.... Pace..wetan. Pacetan," seru Setra yang tersengal-sengal karena habis lari, sambil menunjukkan beberapa buah yang dibawanya.

Pada kondisi normal, sikap itu sangat tidak sopan. Namun, Pangeran Mangkubumi tidak marah. Singkat cerita, Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya mengikuti Setra makan dan minum sari Pace. Hingga timbullah kembali kekuatannya.
Hingga pada peperangan selanjutnya, pasukan Pangeran Mangkubumi mendapat kemenangan dan selanjutnya beliau diberi wilayah Separo kerajaan. Mendirikan kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan bergelar Sultan Hamengkubuwono.

Sebagai tanda jasa, Setra diangkat menjadi penguasa wilayah tempat menemukan buah itu. Dan wilayahnya dinamakan Pacetan (terkenal sebagai Pacitan).

Versi Suguhan (Pacitan).
Masih menceritakan mengenai Pangeran Mangkubumi yang mengalami kekalahan saat menyerang keraton Surakarta. Beliau melarikan diri di bagian selatan Jawa. Hingga suatu saat, beliau terpisah dengan pengikutnya.

Kemudian beliau menyamar keluar masuk desa.  Karena lapar, beliau bertamu ke rumah seorang janda tua untuk minta minum. Kebetulan si janda tua ini sedang membuat jenang merah.
 

 Maka, sang Pangeran disuguhi jenang merah ini. Pangeran yang kondisinya kelaparan, tidak sabar untuk menyantap jenang merah yang masih panas. Hingga beberapa suapan, beliau merasakan kepanasan.

Mbok Janda yang melihatnya bergumam,

"Makan jenang panas kok gitu. Harusnya diambil sedikit demi sedikit dari pinggir, memutar. Lha kalo gitu caranya, gimana bisa menikmati "pacitan" panas?" 

"Pacitan" adalah istilah penduduk desa untuk menyebut makanan yang disuguhkan kepada tamu sebagai teman berbincang-bincang. Biasa kalo waktu jagong bayi, orang-orang selalu bertanya "Pacitane apa?" "Pacitane punten".

Sang Pangeran yang mendengar perkataan Mbok Janda itu, tiba-tiba timbul ide cemerlang. Bahwa selama ini pasukannya mengalami kekalahan karena langsung menyerang ke pusat kota raja.

Maka timbullah taktik gerilya. Menyerang daerah pinggir untuk melemahkan musuh. Hingga taktik ini menyebabkan Sunan Pakubuwono dan Belanda kehabisan akal. Dan akhirnya merelakan kerajaan dibagi 2.

Sebagai balas jasa, anak mbok Janda dijadikan Bupati daerah itu, dan daerahnya dinamakan Pacitan, yang dianggap sebagi sumber ide sang Pangeran.

Itulah 2 versi asal usul Pacitan yang pernah saya dengar.
Bagaimana pendapat Anda/

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kotak Sekring dalam Kabin

Meskipun letaknya di dalam kabin, tutup kotak sekring Ford Laser eks taksi yang berada di samping pintu pengemudi ternyata tidak sepenuhnya “aman”, alias bisa saja hilang. Mungkin karena memang sudah tidak ada saat meminangnya dulu atau memang terlupa memasangnya kembali sehingga kemudian hilang. Padahal tutup kotak tersebut relatif penting. Pasalnya, di atas tutup tersebut terdapat petunjuk yang berisikan informasi besaran amper dan kegunaan fungsi sekring tersebut. Sehingga memudahkan kita saat mengganti salah satu sekring yang putus dengan besaran amper yang sesuai. Tanpa berpanjang lebar lagi, di bawah ini adalah gambar pada tutup kotak sekring yang berada dalam kabin Ford Laser eks taksi. Semoga penayangan artikel ini dapat memenuhi permintaan pembaca yang masuk ke redaksi www.fordlaserbogor.blogspot.com . Semoga bermanfaat. (FLB) 2 komentar

BAJAK DAN FILOSOFINYA

Beberapa hari yang lalu saya pulang ke desa. Ada nuansa berbeda yang bikin saya bernostalgia. Waktu itu awal musim tanam padi. Para petani hiruk pikuk mengolah tanahnya. Suara deru traktor tangan terdengar bahkan sampai malam hari. Di sela- sela hilir mudik traktor tangan, saya melihat satu hal yang langka. Seorang petani berseru mengendalikan 2 ekor sapi yang sedang menarik bajak. Pemandangan yang langka. Yang mulai hilang ketika saya menginjak SMP. Tahun 90an. Dimana jasa bajak tradisional ini digantikan dengan traktor tangan. Gambar : orang sedang membajak sawah. Di balik alat bajak yang ditarik dengan 2 ekor sapi atau kerbau ini, tersimpan ajaran filosofi yang tinggi.Sunan Kalijaga adalah orang yang menyebarkan filosofi ini. Ini pernah saya dengar dari embah saya dulu. Adapun beberapa filosofi bajak yang masih saya ingat adalah sebagai berikut : 1.  LUKU. Dalam bahasa Jawa, bajak disebut dengan LUKU. Berawal dari kata LAKU atau MLAKU.   Artinya, orang membaja

GANTI SHOCK ABSORBER

Setelah setahun lebih si Ghia mengabdi, mulailah terasa ada gangguan di kaki-kaki. Skok terasa mati. Kalo melewati jalan tidak rata, terdengar gluduk-gluduk cukup keras. Semakin lama semakin keras. Saya cek kondisi shock, ternyata semua (kiri dan kanan) sudah basah dengan oli. Mungkin selain faktor umur,  ini disebabkan si Ghia seringkali digunakan untuk memuat barang hingga overload. Sebagai gambaran, kalau musin jeruk, sering digunakan untuk mengangkut jeruk. Pernah saat mudik, bagasi dipenuhi dengan jeruk Bali. Ditambah dengan 3 orang dewasa, 1 remaja dan 1 anak-anak. Terasa sekali posisi si Ghia sampai mendongak. Kejadian ini juga dialami saat musim mangga. Setelah mencari informasi kanan kiri, maka diputuskan untuk ganti shock absorber. Pilihannya adalah harga termurah. Merk Shibaruni. Harga Rp. 450ribu sepasang. Sekalian juga belanja boot shock, dan karet tatakan spiral. Untuk penggantian diputuskan untuk dikerjakan sendiri. Dengan modal nekat hasil googling. Hari Minggu