Modul penipuan ini tergolong baru. Kalau biasanya korbannya adalah calon pembeli, kali ini korbannya sorang yang sedang menjual sepeda motor.
Kejadian bermula saat seorang, sebut saja pak Abdul, mengiklankan motornya di koran. Pagi-pagi dia terima telepon dari seorang pria. Mau membeli motornya. Janjian untuk ketemuan. Disepakati untuk ketemu di sebuah SMP, yang diakui oleh pria calon pembeli sebagai tempat istrinya mengajar. Dia menyebut sebuah nama yang disebutnya sebagai istrinya yang menjadi guru disitu.
Jam 9 pak Abdul datang ke sekolah. Sang calon pembeli sudah menunggu di masjid sekolahan. Seperti biasa, si calon pembeli melihat-lihat motor. Bahkan sempat mencoba motor keliling halaman sekolah. Kemudian tawar menawar. Sampai di satu titik harga dimana pak Abdul bersikukuh tidak mau turun lagi, Si calon pembeli minta STNK dan BPKB, alasannya mau ditunjukkan ke istrinya (yang katanya sedang mengajar).
Karena sudah percaya, STNK dan BPKB dikasihkan. Si calon pembeli kemudian masuk ke arah kantor sekolah. Beberapa lama kemudian dia keluar. Bilang kepada pak Abdul, bahwa istrinya setuju. STNK dan BPKB dibawa istrinya (bu guru X) yang sebentar lagi mau keluar untuk melihat motor. Si calon pembeli ijin sebentar mau ke bank untuk mengambil uang.
Pak Abdul tidak berpikiran apa-apa ketika si calon pembeli pergi mengendarai motornya. Sampai kemudian ditunggu 1 jam, si calon pembeli tidak kembali. Dan bu guru X yang diakui istrinya tidak keluar juga.
Setelah 1 jam lebih menunggu, pikiran pak Abdul menjadi tidak enak. Dia menuju ke pos satpam, menanyakan bu Guru X.
Betapa kagetnya ketika diberitahu satpam bahwa di sekolah itu tidak ada bu Guru yang namanya X. Jelaslah bahwa dia tertipu dengan telaknya.
Kejadian ini membuat geger seisi sekolahan. Menurut pak satpam,, saat masuk kompleks sekolahan si calon pembeli bilang bahwa dia hanya mau nunut sholat di masjid sekolahan. Dan karena dilihatnya pria itu jalan kaki menuju masjid, maka dibiarkan saja.
Mungkin ini sebagai pelajaran bagi kita semua. Bahwa jangan mudah percaya.
Kejadian bermula saat seorang, sebut saja pak Abdul, mengiklankan motornya di koran. Pagi-pagi dia terima telepon dari seorang pria. Mau membeli motornya. Janjian untuk ketemuan. Disepakati untuk ketemu di sebuah SMP, yang diakui oleh pria calon pembeli sebagai tempat istrinya mengajar. Dia menyebut sebuah nama yang disebutnya sebagai istrinya yang menjadi guru disitu.
Jam 9 pak Abdul datang ke sekolah. Sang calon pembeli sudah menunggu di masjid sekolahan. Seperti biasa, si calon pembeli melihat-lihat motor. Bahkan sempat mencoba motor keliling halaman sekolah. Kemudian tawar menawar. Sampai di satu titik harga dimana pak Abdul bersikukuh tidak mau turun lagi, Si calon pembeli minta STNK dan BPKB, alasannya mau ditunjukkan ke istrinya (yang katanya sedang mengajar).
Karena sudah percaya, STNK dan BPKB dikasihkan. Si calon pembeli kemudian masuk ke arah kantor sekolah. Beberapa lama kemudian dia keluar. Bilang kepada pak Abdul, bahwa istrinya setuju. STNK dan BPKB dibawa istrinya (bu guru X) yang sebentar lagi mau keluar untuk melihat motor. Si calon pembeli ijin sebentar mau ke bank untuk mengambil uang.
Pak Abdul tidak berpikiran apa-apa ketika si calon pembeli pergi mengendarai motornya. Sampai kemudian ditunggu 1 jam, si calon pembeli tidak kembali. Dan bu guru X yang diakui istrinya tidak keluar juga.
Setelah 1 jam lebih menunggu, pikiran pak Abdul menjadi tidak enak. Dia menuju ke pos satpam, menanyakan bu Guru X.
Betapa kagetnya ketika diberitahu satpam bahwa di sekolah itu tidak ada bu Guru yang namanya X. Jelaslah bahwa dia tertipu dengan telaknya.
Kejadian ini membuat geger seisi sekolahan. Menurut pak satpam,, saat masuk kompleks sekolahan si calon pembeli bilang bahwa dia hanya mau nunut sholat di masjid sekolahan. Dan karena dilihatnya pria itu jalan kaki menuju masjid, maka dibiarkan saja.
Mungkin ini sebagai pelajaran bagi kita semua. Bahwa jangan mudah percaya.
Komentar
Posting Komentar