Beberapa hari yang lalu saya pulang ke desa. Ada nuansa berbeda yang bikin saya bernostalgia. Waktu itu awal musim tanam padi. Para petani hiruk pikuk mengolah tanahnya. Suara deru traktor tangan terdengar bahkan sampai malam hari.
Di sela- sela hilir mudik traktor tangan, saya melihat satu hal yang langka. Seorang petani berseru mengendalikan 2 ekor sapi yang sedang menarik bajak. Pemandangan yang langka. Yang mulai hilang ketika saya menginjak SMP. Tahun 90an. Dimana jasa bajak tradisional ini digantikan dengan traktor tangan.
Gambar : orang sedang membajak sawah.
Di balik alat bajak yang ditarik dengan 2 ekor sapi atau kerbau ini, tersimpan ajaran filosofi yang tinggi.Sunan Kalijaga adalah orang yang menyebarkan filosofi ini. Ini pernah saya dengar dari embah saya dulu. Adapun beberapa filosofi bajak yang masih saya ingat adalah sebagai berikut :
1. LUKU.
Dalam bahasa Jawa, bajak disebut dengan LUKU. Berawal dari kata LAKU atau MLAKU. Artinya, orang membajak sawah, ibaratnya adalah orang yang sedang memulai suatu kehidupan. Maka dalam melakukan kegiatan ini haruslah berpegang pada beberapa hal. Yaitu beberapa bagianpada alat LUKU (bajak) itu.
2. CEKELAN
Cekelan adalah bagian LUKU atau bajak yang dipegang oleh pengemudinya. Maknanya, setiap kita menjalankan aktivitas kehidupan harus punya CEKELAN (pegangan) hidup. Pegangan hidup kita
adalah agama. Dalam menjalankan LUKU/bajak ini, kita harus memegang dengan sangat kuat.
Kalau pegangan kita tidak kuat, akan mudah lepas, dan LUKU tidak terkendali. Sama dengan
menjalankan hidup, kita harus berpegang pada agama kita dengan kuat. Kalau pegangan kita kepadaagama tidak kuat akan membuat hidup kita tidak terkendali.
3. PANCADAN
Pancadan adalah bahasa Jawa. Artinya adalah pijakan. Tempat kaki memijak. Saat menjalankan LUKU/bajak, kaki si pengemudi harus MANCAD/memijak salah satu bagian LUKU dengan kuat. Agar luku bisa terbenam masuk ke tanah dan membalik tanah saat ditarik.
Maknanya, dalam menjalankan kehidupan kita harus mempunyai pijakan yang kua, prinsip yang kuat. Sehingga dengan pijakan yang kuat, prinsip yang kuat itu, akan mampu membalikkan keadaan yang sulit menjadi mudah.
4. TANDHING
Salah satu teknologi pertukangan Jawa adalah tandhing (pasak). Tukang jaman dahulu
menggunakan pasak terbuat dari kayu untuk menguatkan sambungan biar tidak goyang.
Maknanya, dalam kehidupan kita harus siap NANDHINGKE (membandingkan) atau
menimbang- nimbang suatu keadaan sebelum memutuskan sesuatu. Bila pertimbangan kita masak
dan kuat, maka keputusan kita akan tepat.
Gambar skema bagian dari bajak.
5. SINGKAL
SINGKAL adalah bagian dari LUKU/bajak. Berstruktur unik, sehingga saat dijalankan mampu
membalik tanah yang dibajak. Dengan dibalik ini, maka tanah bagian dalam akan terkena sinar matahari, gembur dan meningkatkan kesuburan.
SINGKAL merupakan singkatan dari SING SUGIH AKAL.
Maksudnya adalah dalam menjalankan hidup, kita harus panjang akal. Tidak mudah putus asa.
Kalau mendapat masalah, harus pandai berpikir untuk memecahkannya.
6. KAJEN
KAJEN adalah mata singkal yang terbuat dari plat besi/baja. Kadang-kadang bagian mata singkal ini ditajamkan agar kemampuannya menembus tanah lebih bagus. Terutama di daerah yang kering.
KAJEN berasal dari kata KA-IJEN. Artinya YANG SATU. Maksudnya, dalam menjalankan
hidup ini kita harus ingat yang satu. Yaitu Alloh SWT. Semakin tajam KAJEN, semakin bagus dalam membajak. Semakin tajam kita mengingat Alloh, semakin bagus kita dalam menjalani hidup.
Kajen juga berarti dipuji. Artinya kita harus selalu memuji Alloh. Tidak boleh lupa.
Itulah beberapa filosifi LUKU/bajak yang masih saya ingat. Ajaran dari Embah saya ini diceritakan kepada saya saat masih SD. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar