Lama tidak ngeblog. Akhirnya tertarik untuk nulis lagi. Mengikuti tren masa kini. Yaitu mengenai hirup pikuk pilihan presiden.
Mungkin karena tiap hari dicekoki soal pilpres. Mengalahkan keinginan untuk menyalurkan hobi lama. Yaitu nonton sepakbola Piala Dunia.
Awal-awal berkibarnya Jokowi. Saat masih menjadi walikota Solo. Saya sangat mengidolakan beliau. Saat itu, setiap yang ditampilkan oleh Jokowi serasa selalu pantas. Lugunya. Sederhananya. Ceplas ceplosnya. Merakyatnya. Semua begitu indah dipandang. Menjadi tauladan yang baik. Sampai saat menuju ke kursi DKI-1. Saya masih menjadi penggemar beliau.
Beda sekali dengan Prabowo. Iklannya yang gencar dalam kurun waktu yang lama. Membuat diriku menjadi bosan. Terkesan sebagai orang yang over ambisius. Bahkan seperti orang yang terobsesi dengan jabatan presiden. Sehingga terkesan memaksa sekali. Apalagi kalau dikaitkan dengan kegagalannya di pilpres sebelumnya. Yang gagal menang ketika berpasangan dengan Megawati.
Entah kenapa sekarang pikiran saya bergeser. Gencarnya serangan-serangan dari kubu Jokowi kepada Prabowo. Justru membuat simpati saya tumbuh kepada Prabowo. Tindakan Jokowi yang beberapa kali menyindir justru mengurangi simpati saya kepadanya. Saat pidato yang tidak membalas sapaan Prabowo. Sikap saya yang mengidolakannya pelan-pelan meluntur.
Apalagi tiap kali buka FB. Ada posting dari teman semasa kuliah. Yang selalu mengunggulkan Jokowi. Dan menjatuhkan Prabowo. Tiap kali membuka FB itu yang muncul. Selalu berulang-ulang. Malah membikin simpati semakin luntur. Serbuan para jendral pendukungnya membuat malah muak. Pikiran saya, kenapa mereka malah ngomong sekarang? Kemana saja mereka dahulu. Bukankah mereka yang menjadi anggota DKP memiliki wewenang.
Sebaliknya dengan Prabowo. Beberapa kali penampilannya di TV sangat membuat saya terpikat. Unggah ungguhnya lengkap. Sikapnya juga cukup matang. Tidak menanggapi tuduhan kepada dirinya dengan emosional. Walau ada yang mengatakannya psikopat segala,
Semakin mendekati pilpress, semakin mengambang pikiran saya. Semakin melemahnya kesukaan saya kepada Jokowi. Dan semakin menguatnya kesukaan kepada Prabowo. Hingga sekarang menjadi bimbang. Entah apa kata nanti. Kalau wkatunya nyoblos. Mudah-mudahan mendapat petunjuk.
Mungkin karena tiap hari dicekoki soal pilpres. Mengalahkan keinginan untuk menyalurkan hobi lama. Yaitu nonton sepakbola Piala Dunia.
Awal-awal berkibarnya Jokowi. Saat masih menjadi walikota Solo. Saya sangat mengidolakan beliau. Saat itu, setiap yang ditampilkan oleh Jokowi serasa selalu pantas. Lugunya. Sederhananya. Ceplas ceplosnya. Merakyatnya. Semua begitu indah dipandang. Menjadi tauladan yang baik. Sampai saat menuju ke kursi DKI-1. Saya masih menjadi penggemar beliau.
Beda sekali dengan Prabowo. Iklannya yang gencar dalam kurun waktu yang lama. Membuat diriku menjadi bosan. Terkesan sebagai orang yang over ambisius. Bahkan seperti orang yang terobsesi dengan jabatan presiden. Sehingga terkesan memaksa sekali. Apalagi kalau dikaitkan dengan kegagalannya di pilpres sebelumnya. Yang gagal menang ketika berpasangan dengan Megawati.
Entah kenapa sekarang pikiran saya bergeser. Gencarnya serangan-serangan dari kubu Jokowi kepada Prabowo. Justru membuat simpati saya tumbuh kepada Prabowo. Tindakan Jokowi yang beberapa kali menyindir justru mengurangi simpati saya kepadanya. Saat pidato yang tidak membalas sapaan Prabowo. Sikap saya yang mengidolakannya pelan-pelan meluntur.
Apalagi tiap kali buka FB. Ada posting dari teman semasa kuliah. Yang selalu mengunggulkan Jokowi. Dan menjatuhkan Prabowo. Tiap kali membuka FB itu yang muncul. Selalu berulang-ulang. Malah membikin simpati semakin luntur. Serbuan para jendral pendukungnya membuat malah muak. Pikiran saya, kenapa mereka malah ngomong sekarang? Kemana saja mereka dahulu. Bukankah mereka yang menjadi anggota DKP memiliki wewenang.
Sebaliknya dengan Prabowo. Beberapa kali penampilannya di TV sangat membuat saya terpikat. Unggah ungguhnya lengkap. Sikapnya juga cukup matang. Tidak menanggapi tuduhan kepada dirinya dengan emosional. Walau ada yang mengatakannya psikopat segala,
Semakin mendekati pilpress, semakin mengambang pikiran saya. Semakin melemahnya kesukaan saya kepada Jokowi. Dan semakin menguatnya kesukaan kepada Prabowo. Hingga sekarang menjadi bimbang. Entah apa kata nanti. Kalau wkatunya nyoblos. Mudah-mudahan mendapat petunjuk.
Komentar
Posting Komentar