Selama menggunakan FL Ghia 89
ini, lebih banyak suka dibanding dengan dukanya. Mobil ini sudah menemani
beberapa perjalanan panjang dan tidak pernah menyusahkan. Memang beberapa kali ada kerusakan, namun
tidak pernah diperbaiki saat perjalanan. Selalu bias sampai di rumah dulu.
Namun yang namanya mobil tua,
mogok di perjalanan rasanya memang tinggal menunggu waktu saja. Saat itu akhirnya dating juga. Pertama kali adalah saat saya pakai
perjalanan dari Surabaya-Magetan-Surabaya-Jember-Surabaya. Gangguannya relative ringan, tapi sangat
mengganggu.
Saat FL Ghia melaksanakan
tugasnya mengusung keluarga dari Surabaya Ke Jember, tiba – tiba lampu sign
mati. Mula-mula lampu berkedip normal
namun setelah 4 sampai 5 kali kedipan, kemudian mati. Memasuki kota Jember, lampu sign mati total.
Tentu saja hal ini sangat mengganggu. Karena saat itu, kami berombongan 2
mobil. FL Ghia kebagian sebagai penunjuk jalan.
Akhirnya dengan menggunakan isyarat tangan saya dan si sulung yang duduk
di depan kiri, rombongan sampai juga di Jember bagian timur, Kecamatan Mayang.
Berhubung perjalanan pulang masih
panjang, dan akan dilakukan malam hari, maka saat rombongan beramat tamah
dengan tuan rumah, saya sibuk bongkar FL.
Tersangkanya adalah relay flasher.
Dengan modal nguping suara cetek-cetek, akhirnya posisi relay ketemu.
Letaknya di bawah dashboard sebelah kanan.
Posisinya sangat tersembungi. Bongkarnya harus susah payah.
Setelah relay dilepas, kemudian
tutupnya dibuka. Kemudian dengan
menggunakan ampelas halus, bagian platina digosok pelan-pelan. Setelah beberapa
kali dicoba, akhirnya relay berfungsi normal.
Kemudian dipasang kembali.
Mengembalikannya tidak kalah
susahnya. Bahkan karena posisinya yang
sangat susah, maka dari 3 baut yang seharusnya terpasang, hanya 1 yang bias dipasang
kembali. Pokoknya supaya tidak jatuh gitu aja.
Perjalanan pulang bias dilalui
dengan lancer oleh FL Ghia. Lampu sign
biusa berfungsi normal. Perjalanan dimulai pukul 16.00 sampai Surabaya pukul
22.00.
Komentar
Posting Komentar