Setelah servis terakhir kali bulan Februari tahun lalu, kali ini si Ghia minta jajan lagi. Masuk bengkel karena suara mesin semakin keras. Mirip suara diesel. Getaran mesin terasa sampai kabin. Sebenarnya tidak mempengaruhi terhadap nyalanya. Mesin masih tok cer. Sekali starter langsung greng. Namun suara yang keras bikin risih.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya keputusannya harus masuk bengkel. Karena dua minggu lagi acaranya padat. Ada manten keponakan yang mengharuskan mudik dua kali dalam seminggu. Ditambah dengan 40 hari wafatnya mendiang ayah. Jadinya 3 kali dalam seminggu harus mudik.
Untuk kali ini, si Ghia tidak masuk bengkel cak Sunar. Tapi masuk bengkel cak Jali. Karena lebih dekat. Hanya sekita 1 km dari rumah.
Begitu diperiksa, langsung divonis harus lihat metal. Sempat terbayang ganti as kruk atau yang lain. Padahal suara kelihatannya di atas. Si Ghia saya tinggal. Sore harinya saya lihat. Ternyata noken as sudah aus semua. Bagian daging yang menggerakkan klep, hampir semua aus sampai 2 mm lebih. Sementara yang bagian kena dudukannya juga aus.
Selain itu, kondisi templar juga sudah mulai aus.
Oleh Pak Jali dikasih 2 opsi :
1. Ganti satu set silinder head. Perkiraan biaya sekitar 3 juta.
Dijamin suara jadi halus.
2. Ganti noken as copotan. Harganya sekitar 600 ribu.
Hanya mengurangi suara saja. Karena kondisi onderdil lainnya juga sudah aus.
Karena kondisi kantong yang cekak, akhirnya opsi kedua saya ambil. Si Ghia bermalam 2 malam di bengkel pak Jali.
Dua hari kemudian, mobil sudah kelar. Waktu dicoba pertama kali, ternyata mesin masih relatif kasar. Namun suara tok..tok.. yang biasanya keras sekali, sudah mendingan. Mungkin suara mesin hilang sekitar 50%. Agak kecewa juga, kenapa kemarin tidak ambil opsi pertama.
Tapi dengan biaya yang cuma sepertiga-nya, rasanya konskwensi suara mesin masih terasa kasar bisa diterima. Pengeluaran kali ini Rp. 700.000,-.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya keputusannya harus masuk bengkel. Karena dua minggu lagi acaranya padat. Ada manten keponakan yang mengharuskan mudik dua kali dalam seminggu. Ditambah dengan 40 hari wafatnya mendiang ayah. Jadinya 3 kali dalam seminggu harus mudik.
Untuk kali ini, si Ghia tidak masuk bengkel cak Sunar. Tapi masuk bengkel cak Jali. Karena lebih dekat. Hanya sekita 1 km dari rumah.
Begitu diperiksa, langsung divonis harus lihat metal. Sempat terbayang ganti as kruk atau yang lain. Padahal suara kelihatannya di atas. Si Ghia saya tinggal. Sore harinya saya lihat. Ternyata noken as sudah aus semua. Bagian daging yang menggerakkan klep, hampir semua aus sampai 2 mm lebih. Sementara yang bagian kena dudukannya juga aus.
Selain itu, kondisi templar juga sudah mulai aus.
Oleh Pak Jali dikasih 2 opsi :
1. Ganti satu set silinder head. Perkiraan biaya sekitar 3 juta.
Dijamin suara jadi halus.
2. Ganti noken as copotan. Harganya sekitar 600 ribu.
Hanya mengurangi suara saja. Karena kondisi onderdil lainnya juga sudah aus.
Karena kondisi kantong yang cekak, akhirnya opsi kedua saya ambil. Si Ghia bermalam 2 malam di bengkel pak Jali.
Dua hari kemudian, mobil sudah kelar. Waktu dicoba pertama kali, ternyata mesin masih relatif kasar. Namun suara tok..tok.. yang biasanya keras sekali, sudah mendingan. Mungkin suara mesin hilang sekitar 50%. Agak kecewa juga, kenapa kemarin tidak ambil opsi pertama.
Tapi dengan biaya yang cuma sepertiga-nya, rasanya konskwensi suara mesin masih terasa kasar bisa diterima. Pengeluaran kali ini Rp. 700.000,-.
Komentar
Posting Komentar